Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aroma politik dalam Aksi 112

INFO BERITA - Tiga tokoh yang tengah berlaga dalam Pilkada DKI 2017 ikut menghadiri acara itu: kandidat gubernur nomor pilih satu, Agus Yudhoyono; serta pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur nomor urut tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno.





Artinya, tersisa pasangan nomor pilih dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, yang tidak hadir. Hal itu tak mengherankan, sebab Ahok jadi salah satu "sasaran tembak" aksi ini, berkenaan dengan kasus dugaan penodaan agama yang membelitnya.


Suasana umat muslim mengikuti Aksi 112 di Kawasan Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (11/2). Aksi yang diikuti ribuan peserta dengan diisi doa bersama itu merupakan lanjutan dari Aksi 212.


Adapun Agus, Anies, dan Sandi datang menjelang salat subuh. Mereka bergabung dengan massa di Istiqlal hingga sekitar pukul 8.00 WIB. Sebelum pulang, mereka juga sempat melayani permintaan peserta aksi untuk berfoto bersama.





Catatan lain, Aksi 112 juga diikuti sejumlah tokoh politik. Misalnya, mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Hatta Radjasa. Hatta juga dikenal pernah menjabat menjabat Menteri Perekonomian, sekaligus berstatus sebagai besan presiden keenam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono--ayah Agus.





Nampak pula Hidayat Nur Wahid, tokoh Partai Keadilan Sejahtera (pendukung Anies-Sandi), yang kini menjabat Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pun aroma politik kian kental bila merujuk isi ceramah dalam Aksi 112.





BBC Indonesia melaporkan, sebagian besar ceramah berbicara tentang 'kewajiban memilih cagub Muslim' pada Pilgub DKI. Seruan senada juga ditemukan dalam poster dan spanduk yang dibawa massa di luar Masjid Istiqlal.





Berikut beberapa momen dan pesan dari sejumlah tokoh dalam Aksi 112.





Doa Arifin Ilham





Penceramah, Arifin Ilham memimpin satu sesi berdoa dalam Aksi 112. Dia pun mengajak umat Islam untuk mendoakan Ahok.





Sebagaimana dikutip Kompas.com, menurut Arifin, seorang Muslim diciptakan untuk mengajak orang lain menuju jalan kebaikan.





"Sekarang banyak saudara-saudara kita yang menjadi mualaf, termasuk yang Chinese. Kita doakan juga supaya Ahok bisa ikut masuk Islam," katanya.





Dalam doanya, Arifin juga berharap agar pemimpin Jakarta kelak adalah orang yang bertakwa. Ia pun menggantungkan harapannya kepada para pesaing Ahok dalam Pilkada DKI 2017. "Insya Allah Mas Agus, Bang Anies," ujarnya.





Puncak aroma politik terasa saat Sekjen Forum Umat Islam (FUI), Muhammad Al Khaththath, berceramah di hadapan peserta Aksi 112.





Dalam ceramahnya, Al Khaththath menyebut bahwa umat Islam wajib memilih pemimpin Muslim. Tokoh yang punya nama asli Gatot itu merujuk Fatwa MUI untuk memilih pemimpin Muslim.





Ia juga mengimbau peserta aksi mengenakan baju putih-putih saat hari pemilihan (15 Februari). Bahkan, Al Khaththath mengajak peserta Aksi 112 untuk berikrar memilih pemimpin yang sesuai dengan kriteria fatwa MUI. Berikut isi ikrarnya:





"Aku bersumpah, demi Allah Yang Maha Agung, aku siap berjuang mengorbankan jiwa dan harta untuk bela Allah, bela rasul, bela ulama, bela Quran, bela Islam.





Siap berjuang bersama para ulama, di bawah komando imam besar umat Islam, Habib Rizieq Shihab. Siap untuk memenangkan gubernur yang sesuai dengan kriteria fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu pemimpin muslim yang beriman dam bertakwa pada Allah SWT."





Kilah Rizieq Shihab





Ceramah lain yang mencuri perhatian disampaikan oleh tokoh sentral Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab.





Sebagai catatan, Rizieq tiba di lokasi sekitar pukul 8.35 WIB--setelah Agus, Anies, dan Sandi meninggalkan lokasi. Saat itu, Rizieq mendapat pengawalan ketat dari para anggota FPI. Ia disambut dengan seruan yel-yel "Aksi Bela Islam".





Dalam ceramahnya, Rizieq meminta pemerintah agar tidak melakukan kriminalisasi terhadap para ulama.





"Pemerintah jangan lakukan langkah provokasi dengan kriminalisasi ulama. Kalau ulama dibiarkan dikriminalisasi, akan sulit untuk memberikan pengertian pada umat," katanya, dikutip BBC Indonesia.





Menurut Rizieq, semestinya ulama dan umat Islam itu dirangkul. "Harusnya ajak dialog, bukan ditonjok," ujarnya, dilansir Kumparan.





Sebelumnya, pada 30 Januari, Rizieq telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Jawa Barat, dalam kasus dugaan penodaan simbol negara. Kepolisian sudah dua kali memanggil Rizieq berkenaan status itu. Namun Rizieq selalu mangkir.





Rizieq pun menyebut dirinya sudah masuk Daftar Pencarian orang (DPO) milik Polda Jabar. Lebih lanjut, kata Rizieq, dirinya akan memenuhi panggilan usai Aksi 112. "Usai acara ini saya siap untuk berangkat ke Polda Jabar. Saya tidak akan lari," kata Rizieq, dinukil detikcom.





Perihal mangkir dari panggilan kepolisian, Rizieq berkilah dirinya punya kepentingan untuk mengawal Aksi 112. "Untuk menjaga berlangsungnya acara ini dengan tertib dan damai."


Sumber : beritagar.id


Salam terimakasih,,

Post a Comment for "Aroma politik dalam Aksi 112"